Dengan penuh kepedulian, ia menyambangi rumah warga di nagari binaannya untuk menyerahkan bantuan sosial. Kali ini, bantuan sembako diberikan kepada dua warga yang membutuhkan, yakni Sefni Erita dan Kaswarti. Kehadiran Aiptu John di tengah mereka membawa kehangatan yang tak terduga, memantik haru dari kedua penerima manfaat.
“Ini bentuk kepedulian kami sebagai anggota Polri, sekaligus bagian dari rangkaian kegiatan menyambut Hari Bhayangkara ke-79 pada 1 Juli mendatang,” tutur Aiptu John saat menyerahkan bantuan.
Bagi Sefni Erita, momen itu sungguh menyentuh. Ia tak mampu menyembunyikan rasa harunya. “Terima kasih, pak polisi… Saya tidak menyangka akan menerima ini. Sangat membantu,” ujarnya dengan suara bergetar.
Namun yang dibawa Aiptu John bukan hanya sekadar sembako. Lebih dari itu, ia menghadirkan makna kehadiran Polri yang humanis, dekat dengan rakyat, dan senantiasa hadir tanpa diminta. Ia menunjukkan bahwa Bhayangkara bukan hanya simbol seragam dan tugas negara, tetapi juga tentang hati nurani dan pengabdian tanpa batas.
Langkah-langkah kecil namun berarti seperti ini menjadi wajah Polri yang diharapkan masyarakat: mengayomi, melindungi, dan merangkul mereka yang berada di sudut-sudut negeri, bahkan saat tak ada kamera yang menyorot.
Aksi Aiptu John Davidson menegaskan bahwa semangat Bhayangkara hidup dalam setiap tindakan nyata. Ia membuktikan bahwa menjadi polisi adalah panggilan jiwa—bukan sekadar profesi. Di tangan orang-orang seperti inilah, kepercayaan publik terhadap Polri dibangun, sedikit demi sedikit, dengan ketulusan dan dedikasi tanpa pamrih.
Tim
0 Komentar