PADANG, SUMBAR | Di tengah hiruk-pikuk dunia jurnalistik yang serba cepat dan penuh tekanan, silaturahmi antar sesama insan pers masih menjadi napas penting yang menjaga etika dan kehangatan profesi. Momen itu terekam hangat pada Sabtu siang, 2 Agustus 2025, ketika dua wartawan senior Sumatera Barat tak sengaja bertemu di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Muaro Padang.
Keduanya adalah Hendri, jurnalis dari media online alisyanews.com, dan Afridon, pewarta senior dari Berita Editor, yang kebetulan tengah berada di lokasi yang sama untuk urusan peliputan berbeda. Meski tanpa janji, pertemuan tersebut menjadi ruang singkat namun penuh makna untuk saling bertukar informasi, pengalaman, dan semangat profesi.
Terlihat dalam foto dokumentasi, keduanya mengenakan atribut media masing-masing dan duduk berdampingan di area depan lapas, di bawah naungan pohon rindang yang menambah suasana teduh. Tak sekadar basa-basi, perbincangan keduanya meliputi banyak hal — mulai dari dinamika pemberitaan hukum di Sumatera Barat, etika peliputan dalam lembaga pemasyarakatan, hingga tantangan media lokal dalam menjaga independensi di tengah arus informasi yang kian kompleks.
“Kami sering jumpa di lapangan, tapi momen begini tetap berkesan. Apalagi ketika sama-sama sedang berburu informasi yang sensitif seperti kasus-kasus hukum atau laporan dari dalam Lapas. Ini ruang yang langka untuk sekadar tarik napas dan saling mengingatkan bahwa kita bekerja bukan untuk sensasi, tapi untuk publik,” ungkap Hendri dari alisyanews.com.
Hal senada diungkapkan Afridon, yang sudah lebih dari satu dekade aktif meliput bidang hukum dan kriminal di wilayah Sumatera Barat.
“Jurnalis itu bukan musuh, bukan saingan. Kami teman seperjuangan yang sama-sama berusaha menjaga suara rakyat agar tetap terdengar. Lapangan seperti ini adalah medan real, dan teman seperjalanan sangat penting,” ujarnya.
Lapas Muaro: Titik Temu Banyak Kepentingan, Termasuk Jurnalis
Lapas Muaro Padang sendiri merupakan salah satu objek peliputan yang paling aktif di Sumbar. Banyak kasus menonjol, baik perkara pidana, pengawasan napi, hingga dinamika pembinaan warga binaan, menjadikan tempat ini sebagai “sumber berita” yang terus hidup. Tak heran jika hampir setiap pekan, jurnalis dari berbagai media hadir silih berganti, mencari informasi dan melakukan konfirmasi langsung.
Di tengah atmosfer yang penuh tekanan itu, momen-momen ringan seperti pertemuan Hendri dan Afridon menyiratkan sisi lain dari jurnalisme: sisi yang hangat, saling mendukung, dan menjunjung nilai-nilai solidaritas.
Lebih dari Sekadar Profesi, Jurnalisme Butuh Etika dan Kawan Seperjalanan
Kisah ini mungkin sederhana, namun bagi para jurnalis yang terbiasa berkutat dengan deadline, pernyataan narasumber yang sulit ditemui, hingga medan peliputan yang kadang tak bersahabat, pertemuan seperti ini adalah napas baru.
“Di tengah kerasnya medan peliputan, solidaritas adalah oksigen,” ujar Afridon sambil tersenyum.
Lebih dari sekadar memburu berita, jurnalisme adalah profesi yang memerlukan hati dan etika. Dan kadang, di balik berita besar yang terbit di halaman utama, ada pertemuan kecil yang memberi makna besar — seperti yang terjadi siang itu di Lapas Muaro Padang.
Redaksi
Jika pembaca memiliki kisah serupa tentang kehangatan antarsesama pewarta di lapangan, atau pengalaman unik dalam dunia jurnalistik lokal, silakan kirimkan ke email redaksi kami. Kami percaya, setiap jurnalis punya cerita yang layak dibagikan.
H/AJ
0 Komentar